Pasokan Listrik Global Sebagian Dari Sumber Energi Terbarukan
50% listrik global harus berasal dari energi terbarukan
Sekitar 50% dari pasokan listrik global harus berasal dari sumber-sumber energi terbarukan dalam rangka mengurangi emisi CO2 menjadi separuhnya di tahun 2050. Demikian menurut the International Energy Agency (IEA) dalam studinya, Deploying Renewables: Principles for Effective Policies.
Dalam memenuhi tujuan yang sangat ambisius untuk ‘mengurangi laju perubahan iklim yang signifikan dan irreversible’
diperlukan komitmen politik baru disertai dengan desain dan
implementasi kebijakan yang efektif, kata IEA lebih lanjut. IEA juga
mendesak berbagai negara untuk mengadopsi kebijakan-kebijakan efektif
berdasarkan pada lima prinsip desain utama untuk mempercepat eksploitasi
‘potensi energi terbarukan yang besar’.
Namun
demikian, IEA juga memahami sulitnya melakukan hal tersebut, dengan
mengatakan, ‘ini merupakan tantangan yang sangat besar dan merupakan
bagian dari seluruh revolusi energi yang perlu kita capai’.
Turut
mengomentari pada peluncuran studi ini, Nobuo Tanaka, direktur
eksekutif IEA, mengatakan, “Berbagai negara telah melakukan kemajuan
penting dalam beberapa tahun terakhir dalam mempromosikan pertumbuhan
energi terbarukan, hal ini ditunjukkan dengan berkembangnya pasar energi
terbarukan. Akan tetapi, masih lebih banyak yang dapat dan harus
dilakukan pada level global”.
Laporan
ini mengatakan bahwa masih terdapat kendala-kendala signifikan yang
menghalangi ekspansi secara cepat dan meningkatkan biaya yang diperlukan
untuk mempercepat transisi energi terbarukan menjadi arus utama. Jika
kendala-kendala ini diatasi, maka energi terbarukan akan dapat
dieksploitasi dengan jauh lebih cepat dan jauh lebih luas.
Laporan ini mengatakan bahwa desain kebijakan harus merefleksikan:
- Penghilangan kendala-kendala non-ekonomi, seperti administrasi dan akses jaringan (grid)
- Kerangka kerja pendukung yang dapat diprediksi dan transparan
- Pengenalan insentif transisi, yang terus berkurang seiring berjalannya waktu, untuk mendorong inovasi
- Pengembangan dan implementasi insentif yang tepat berdasarkan pada derajat kematangan
- Pertimbangan dari dampak penetrasi teknologi energi terbarukan secara luas pada keseluruhan sistem energi, terutama dalam pasar energi liberal.
Pada saat peluncuran the IEA’s World Energy Outlook 2008,
IEA juga mengatakan bahwa energi terbarukan akan mengambil alih peran
gas alam menjadi sumber pembangkitan listrik yang terbesar kedua ‘pasca
2010’ di bawah batu bara dalam pembangkitan listrik global secara
keseluruhan sebelum 2015.
IEA
mengatakan bahwa pada periode hingga 2015, kebanyakan dari penambahan
kapasitas pembangkitan dari energi terbarukan berasal dari pembangkit
listrik tenaga air dan angin. Di seluruh 30 negara yang tergabung dalam
OECD, peningkatan tersebut pada 2006-2015 (termasuk air) diproyeksikan
akan menyamai gabungan peningkatan yang berasal dari sumber-sumber fosil
dan nuklir.
Biaya
pembangkitan listrik dari energi terbarukan juga diperkirakan akan
turun seiring bertambahnya waktu dikarenakan meningkatnya penggunaan
energi terbarukan. Ini akan menjadi nyata terutama pada teknologi
seperti photovoltaic dan tenaga surya terkonsentrasi, demikian analisis
IEA.
Baca Juga Yang Dibawah Ini: